Sequel Ch6 : We are in a love story

Kini, fina dan lita sedang berada di dapur. Mereka sedang membantu Bu Ratna memasak. Entah ada acara apa, sampai-sampai Bu Ratna memasak begitu banyak. Jam menunjukkan pukul setengah enam sore. Langit sudah mulai sedikit berwarna jingga.

"Fina.. Lita.." panggil Bu Ratna membuat fina yang sedang memotong wortel dan lita yang sedang menggoreng ikan menoleh.

"Ada apa Bu?"

"Kalian tau kan bahwa malam ini akan ada pasar malam?"

"Ya, lalu kenapa Bu?"

"Kalian mau tidak kesana untuk membeli es kelapa muda dan arummanis.?"

"Tentu saja.. mau beli berapa Bu?"

"Es kelapa muda nya hmmm... Beli 8 saja,. Kalau arummanis nya beli 5 saja"

"Baik Bu, tapi uangnya?"

"Hahahaha, aku lupa fin. Kau ini ingat saja kalau masalah uang"

"Hehehe"

Setelah menerima uang, fina dan lita langsung pergi keluar. Tanpa berganti baju terlebih dahulu, karena mereka pikir membeli itu hanya sebentar. Mereka juga terlalu semangat pergi ke pasar malam, sampai-sampai lupa bahwa pasar malam itu belum buka pada jam segini. Bu Ratna memandang kepergian mereka dengan tatapan sulit diartikan.

Fina dan lita sudah sampai di lokasi yang akan dijadikan pasar malam. Tapi, mereka malah melihat para pedagang yang baru membuka kios atau barang dagangannya. Mereka saling menatap, dan tak lama terkikik pelan karena mengetahui kecerobohan mereka. Tapi, daripada boring tidak ada kerjaan, mereka akhirnya memilih berkeliling dan menunggu pasar malamnya buka yang ternyata buka pukul setengah tujuh.

"Lita, kita ke mushola dulu yuk"

"Kenapa fin?",

"Kamu Muslim bukan sih? Ya buat solat magrib lah"

"Ohiya.. ayo ayo"

Fina dan lita memutuskan untuk pergi ke mushola untuk solat magrib. Setelah itu, mereka kemudian kembali ke pasar malam yang kini sudah dipenuhi banyak orang. Fina mengeratkan pegangannya pada tangan lita. Membuat Lita memandangnya bingung.

"Kenapa fin?"

"Takut diculik cowo ganteng" ucap fina pede membuat lita ingin membuangnya ke Antartika.

"Eh,.."

"Kenapa ta?"

"Perasaan kita udah muter-muter kok gak ketemu sama penjual es kelapa muda ya?"

"Ohiya,.. apa jangan-jangan aku terlalu cantik ya?"

"Terserah kamu lah fin, asal kamu bahagia aku pun bahagia"

"Ouhh,, Lita so swet"

Tanpa disadari keduanya, sebenarnya penjual es kelapa muda itu ada dibelakang mereka dan malah bersebelahan dengan penjual arummanis.

"Eh, si emang ada disini ternyata" ucap Lita ketika ia membalik badan dan menemukan penjual es kelapa muda

"Emang kenapa neng?"

"Saya tadi nyari nyari,"

"Oh, beli berapa neng?"

"Delapan, dibungkus ya mang"

Sembari menunggu si penjual yang sedang membungkus pesanan mereka, Lita berniat menjahili fina yang kini sedang membeli arummanis. Bikin baper seorang jones gak dosa kan?

"Fina,, jangan baper ye" ucap Lita ketika fina datang menghampiri dengan tangan membawa beberapa bungkus arummanis. Sepertinya ia sudah selesai membeli arummanis

"Kenapa ta?"

"Ada cowo yang dari tadi liatin kamu tuh" ucap lita sembari menunjuk seorang pria yang memakai jaket hitam. Fina langsung menoleh kearah yang ditunjuk Lita dan benar saja, ada seorang pria yang sedang menatap nya. Lita langsung belok badan dan menghampiri penjual es kelapa muda, siapa tau sudah selesai dibungkus.

Fina langsung baper, tapi ia tak boleh baper dulu, siapa tau.. cowo itu liat bukan kearahnya. Kemudian, ia mengedarkan pandangannya. Disini tidak ada perempuan, hanya ada dirinya dan lita serta para pedagang wanita yang ada disini. Cowo itu menyeringai ketika fina menatapnya. Membuat fina bergidik takut dan langsung menyusul Lita.

"Lita udah selesai?"

"Udah.. ayo" ucap Lita dengan beberapa kresek hitam ditangannya yang isinya es kelapa muda.

Kemudian, fina dan lita berjalan meninggalkan pasar malam yang kini semakin penuh. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, dari hp Lita.

"Penuh banget ih," keluh Lita membuat fina terkikik pelan

"Kenapa ketawa?"

"Enggak kok"

"Masih baper ya sama cowok yang tadi?"

"Engga."

"Terus kenapa ketawa?"

"Ya ngerasa lucu aja ta, namanya juga pasar, ya penuh lah"

"Oh jadi begitu, kirain masih baper"

"Ya engga lah"

Fina melirik ke arah belakang, karena dirasa ada seseorang yang mengikuti. Walaupun ini jalan umum, tapi tetap saja kan kewaspadaan harus diutamakan. Apalagi jalanan lumayan sepi karena sebagian sedang berada di pasar malam.

"Lita, kok cowo yang tadi ngikutin ya?" Tanya fina menyembunyikan rasa takutnya karena cowo yang tadi menatap nya itu sedang berjalan dibelakangnya

"Mungkin rumah dia searah sama kita fin. Kamu Jan baper gara gara diikutin sama cowo" ucap Lita tenang dan membuat fina diam.

Baper darimana? Takut sih iya batin fina greget karena perkataan temannya itu salah total.

Mereka sampai rumah dengan selamat. Lita masuk duluan karena dirasa tangannya kesemutan. Fina hanya tersenyum melihat kelakuan temannya itu yang sedari tadi menggerutu. Fina menutup pagar rumah karena memang dirinya yang berada dibelakang. Namun, ketika ia hendak menutup pagar, disana. Ya, disana, diserang sana, cowo yang tadi sedang menyeringai menatapnya. Karena takut, ia langsung menutup pagar dan berlari kedalam. Dan diseberang sana, cowo yang tadi hanya terkekeh melihat kelakuan fina

"Ini akan semakin menarik" gumamnya  kemudian berjalan masuk kedalam rumah yang pagarnya tidak tertutup rapat oleh fina.

                           ___***___

Lita menaruh barang belanjaannya di atas meja ruang keluarga. Ia menatap fina yang baru sampai dengan nafas terengah-engah.

"Kamu kenapa fin?" Tanya lita bingung

"Enggak kenapa kenapa kok" ucap fina mencoba tersenyum dan menaruh belanjaannya di meja yang sama

"Ibu, kami pulang" seru fina tapi entah kenapa tidak ada yang menjawab dan  rumah ini menjadi sunyi

"Pada kemana nih?"

"Gak tau.. perasaan sepi ya"

"Iya, apa mereka pergi?"

"Gak mungkin, padahal tadi kan kita masak sama ibu"

"Lita, kamu ada pulsa gak?"

"Ada,"

"Telepon sensei, mereka ada dimana sekarang"

"Lowbat fin,"

"Yaudah, pake hp aku aja. Tapi, anter ke kamar ya. Hp aku ada dikamar."

"Oke"

Fina dan lita berjalan berdua dilorong menuju kamar mereka. Sebenarnya mereka ke kamar itu untuk mencari ponsel fina untuk mengubungi Roni sensei dan yang lain yang tiba tiba menghilang. Rumah sangat sepi dan hampir sebagian ruangan gelap karena lampu tidak dinyalakan, saking sepinya bahkan suara langkah mereka sampai terdengar oleh telinga mereka sendiri

"Kenapa lampu belum dinyalain ya?"

"Gak tau, coba ta. Nyalain lampu"

"Tapi aku gak tau saklarnya dimana"

"Dasar."

"Lita, kayaknya kita jangan ke kamar deh. Ya gak?" tanya fina tiba-tiba membuat Lita menoleh dan memandang fina aneh

"Kenapa fin?" Tanya Lita

"Apa kamu gak liat disana gelap?" Ujuk fina pada jalan menuju kamar mereka yang memang menjadi sangat gelap.

"Kamu takut?" Tanya Lita jahil sambil mencolek dagu fina

"Silahkan aja kamu kesana kalau kamu gak takut"

"Hmm benar, ya udah kita keruang tamu aja" ujar Lita sembari menarik fina menjauh dari sana.

"Kita ngapain keruang tamu ta?"

"Ya, bisa aja kan sensei ada disana?"

"Lita.." panggil fina.

"Hm.."

"Apa kamu gak mengarasa aneh?"

"Aneh kenapa?"

"Kenapa yang lainnya tiba-tiba hilang gini, mereka gak diculik alien kan?"

"Ucapan mu dijaga fin, mungkin mereka ada dimana gitu tapi lupa kalau kita ada disini"

"Bisa jadi"

Mereka sudah sampai di ruang tamu, dan kondisinya juga sangat sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan.

"Kita ke ruang makan fin" ajak Lita sambil berjalan, meninggalkan fina yang masih berdiri terpaku disana. Kenapa fina diam disana? Karena ia melihat seorang pria yang tadi mengikutinya masuk kedalam rumah lewat kaca ruang tamu yang menghubungkan dengan luar rumah. Melihat Lita yang meninggalkan nya sendiri, fina langsung menyusulnya

"Lita tunggu" ujar fina. Fina langsung berjalan dibelakang Lita sambil sesekali melihat kebelakang karena ia merasa sedang diawasi dan diikuti. Ia mulai merasa was was kini. Apa benar cowo yang tadi mengikutinya sampai kesini?

"Lita.." panggil fina

"Apa fin?"

"Kok aku ngerasa ada yang ngikutin ya?"

"Fina Jan bikin aku takut"

"Kok jadi merinding gini ya?"

"Mungkin anginnya kenceng jadi kamu merinding"

"Gak nyambung ta"

"Ohiya fin.."

"Apa?"

"Kita jalan mana nih?"

"Tanyakan saja pada peta"

"Dikiranya Dora. Asli fin"

"Lurus aja"

"Oke"

"Lita, aku kok mendadak jadi takut yah?"

"Gak gentle kamu fin"

"Aku gak gentle emang dasarnya aku cewe"

"Kamu cewe? Kok cewe kayak cowok ya?"

"Apa maksudmu ta?"

"Ya, kamu kan jago beladiri, menerapkan sistem senggol bacok kalau lagi badmood, terus..-"

"Berisik ta"

"Hehehe, bercanda fin"

"Lita, ini bukan kayak film pembunuhan kan?"

"Ada ada aja kamu mah fin"

"Ya, mungkin mereka sengaja menghilang, terus ninggalin kita sendirian. Nanti mereka bakalan muncul sambil bawa pistol atau menebar teror gimana?"

"Korban film kamu fin"

Lita berjalan lurus, diikuti oleh fina dibelakangnya. Mereka tidak menyadari bahwa dibelakang mereka ada seseorang yang sedang mengikuti mereka sambil menyeringai. Fina yang merasa terus diikuti langsung berbalik badan. Namun, yang ia lihat adalah pria yang ada di pasar malam tadi dan ia memakai topi hitam sekarang. Ia akan berteriak dan menyentuh pundak lita yang didepannya yang sedang mengoceh tidak jelas namun dengan cepat ia sudah dibekap dan diseret ke balik tembok untuk bersembunyi.

"Ya kan fin?.. fin... Fina?" Panggil Lita
Lita menoleh dirasa fina yang sedari tadi diam terus dan tidak merespon ucapannya tapi kemudian Lita menyadari fina tidak ada dibelakangnya langsung menjadi panik.

"Fin..." Panggil Lita, namun tak ada respon dari fina

"Fina jangan bercanda" ucap Lita takut. Entah kenapa suasana rumah ini menjadi horor. Lampu lampu pun malah berkedip tidak jelas yang membuat Lita langsung meninggalkan tempat itu. Mungkin ia ingat pada beberapa cuplikan film horor yang selalu ia tonton. Tapi bisa saja kan fina malah bersembunyi dan berniat jahil padanya,mengingat fina memang sangat jahil. Namun, bukannya tadi fina juga ketakutan yah? Mana mungkin ia melakukan ini padanya.

"Finaaa..." Teriak Lita mencoba mencari keberadaan temannya itu. Siapa tahu fina langsung muncul kan

PRANG

Suara dari dapur membuat Lita menoleh. Buru buru ia menghampiri dapur, siapa tahu ada fina disana. Namun, hasilnya nihil. Yang ada hanya pecahan kaca yang sepertinya terjatuh barusan

"Fin.." ucap Lita sambil mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tidak mungkin kan mereka jadi korban pembunuhan seperti yang fina katakan tadi? Karena Lita mulai merasakan adanya teror disini

"KYAAAA" Lita  memekik kaget saat melihat sekelebat bayangan didepannya disertai angin yang lumayan kencang. Lita bersembunyi di bawah meja makan karena takut.

Fina kamu dimana sih?

Lita terus bersembunyi dibawah meja makan. Ia tak berani keluar karena dilihatnya ada sepasang kaki berbalut sepatu hitam berjalan kearahnya. Tuh kan kenapa jadi kayak film pembunuhan. Tapi, bisa saja itu sensei kan, tapi Lita tidak berfikir sejauh itu. Yang ada sekarang ia sangatlah takut. Lita menahan nafasnya karena pemilik kaki itu malah berjongkok dan memungut pecahan kaca. Jika ia menoleh kebelakang, pasti Lita ketahuan bahwa sedang bersembunyi dibawah meja makan. Tapi, syukurlah pria itu berdiri kemudian pergi entah kemana

"LITTTAAAAAAA" Teriakan itu membuat Lita tersentak dan langsung keluar dari tempat persembunyian. Ia buru buru mencari suara yang kemungkinan itu fina. Ia memandang sekeliling, dirasa sudah aman, Lita melanjutkan perjalanan mencari fina

"FINA?" teriak Lita memastikan, namun lagi lagi hanya kesunyian yang menjawab

"Kyaaaaaaa" teriakan yang dianggap Lita itu fina langsung membuat Lita berlari menuju tempat teriakan itu berasal, yaitu taman belakang.

"Sebenernya apa yang terjadi ini? Apa yang dikatakan fina ada benernya? Eh, kalau gitu nyawa kita berdua dalam bahaya. Terus, jangan jangan fina teriak tadi itu karena..." Lita berdialog sendiri sambil terus berlari menuju taman belakang. Akhir ucapan nya menggantung karena ia tak berani melanjutkan kata katanya sendiri.

Lita terhenti ketika ia melihat sebuah tulisan di kaca ruang keluarga. Kemudian ia mendekat karena penasaran. Lita tersentak kaget, bahwa tulisan itu seperti petunjuk keberadaan fina.

Taman belakang

Tulisan itu sangat besar ditambah ditulis dengan sesuatu berwarna merah. Lita tidak yakin itu darah, tapi bisa jadi kan?

Taman belakang sangatlah sepi ditambah tidak adanya pencahayaan karena memang ini sudah pukul 8 malam. Bahkan lampu taman yang biasanya menyala pun kini malah mati dan rasanya kini Lita hanya melihat kegelapan didepan sana. Lita memandang sekeliling dengan perasaan was was. Ia berjalan perlahan kearah taman. Matanya ia fokuskan untuk mencari gerakan dari sesuatu yang mencurigakan. Telinganya ia tajamkan untuk mendengarkan suara sekecil apa pun

Tap

Tap

Suara langkah kaki dibelakang tubuhnya membuat Lita mematung ditempat. Ia mendadak takut untuk menoleh kebelakang. Nafasnya memburu. Keringat dingin mulai muncul di pori-pori kulit wajahnya. Mendadak udara menjadi sangat dingin. Dibelakang nya ada orang, harusnya Lita senang kan? Mungkin saja yang ada di belakangnya adalah sensei atau yang lainnya. Tapi, ia malah merasa takut.

"Lita..." Panggil seseorang dibelakang Lita dengan suara yang rendah dan berat. Hal itu membuat Lita semakin takut. Tiba-tiba Lita teringat pada adegan di film yang tadi siang ia tonton bersama fina. Apa hidupnya akan berakhir sekarang?

"Kau akan berakhir malam ini, seperti temanmu yang bernama fina" itu adalah ucapan yang Lita dengar sebelum semuanya menjadi gelap

                            ___***___

Lita mengerjabkan matanya. Ia mulai  tersadar bahwa ia kini sedang berada di tengah taman dan sedang duduk dengan tangan terikat kebelakang. Mulutnya di bekap dengan sebuah kain. Rasanya ia ingin menangis saking takutnya. Tuhkan, ini kayak di film-film. Lita berfikir keras, bagaimana ia bisa disini. namun, ia langsung ingat, bahwa tadi ia mendengar seseorang berbicara sebelum semuanya gelap. Lalu, tiba-tiba pikiran nya tertuju pada fina yang kini sudah tergeletak didepannya dengan baju bagian perut sudah banyak sekali noda berwarna merah. Melihat hal itu membuat Lita memberontak dalam duduknya dan ingin menghampiri temannya itu. Wajahnya terlihat sangat pucat. Walaupun keadaan kini sangat gelap, tapi entah kenapa Lita dapat melihat dengan jelas bahwa itu fina

Lita melotot melihat itu. Tidak mungkin kan fina...? Lita semakin memberontak dalam duduknya. Ia semakin ingin keluar dari sini. Kenapa rumah ini mendadak jadi penuh teror sih. Kenapa mereka yang jadi korban. Lita menjadi takut dan panik. Apa ia juga akan bernasib sama dengan teman nya itu? Jika ia tahu hal ini akan terjadi, mending ia tidak jadi menginap disini.

Tap

Tap

Tap

Suara ketukan sepatu pada tanah terdengar, menandakan ada seseorang yang sedang berjalan kearah Lita. Ia mendadak diam dari usaha berontaknya. Ia menjadi takut dan jujur ingin sekali menangis.

"Kau sudah sadar" suara yang sama seperti sebelum lita pingsan. Lita ingin sekali menoleh dan melihat siapa yang berbicara, namun ia sekarang sangat takut

"..."

"Baguslah.."

"..."

"Setidaknya kau bisa melihat bagaimana akhirmu nanti"

"..."

Lita terdiam. Ia merasakan sesuatu yang dingin dan tajam mengenai lehernya. Lita semakin takut bahwa ia kini tau benda itu adalah sebuah pisau. Pisau itu kini sudah ada di pipinya kemudian menuju dahinya. Ia menjauhkan wajahnya karena takut pisaunya itu menggores kulit wajah nya.

"Jangan memberontak, jika kau tidak ingin bernasib sama dengan temanmu itu" ucap orang itu sambil menjauhkan pisau dari wajah Lita. Hal itu membuat Lita lega, tapi masih ada hal yang bisa terjadi kan?

Air mata sudah menggenang di pelupuk mata. Siap tumpah kapan saja. Lita ingin menangis. Kalau ini akhir hidupnya, kenapa sebegitu kejamnya. Kenapa harus dibunuh? Padahal dia belum membahagiakan kedua orang tua nya, belum pergi ke Korea, belum lulus bahkan masih jomblo sampai saat ini.

Ting..

Tiba-tiba suara dentingan piano terdengar. Membuat Lita langsung menoleh, tapi ia malah kembali melihat kegelapan. Namun, ia merasa ada sebuah pistol yang menempel di dahinya.

"Kembali ke posisi awal"

Seseorang yang tadi berbicara pun malah tidak terlihat olehnya. Lita kembali ke posisi awal. Tapi, ia malah dibuat terkejut ketika tubuh fina sudah tidak ada di hadapannya lagi. Teror apalagi ini?

"Lita..." Kata itu langsung membuat Lita mematung di tempatnya. Ditambah, sebuah pistol kini menempel di bagian belakang kepalanya

"Sekarang.."

"Adalah..."

"Akhir..."

"Dari segalanya.." ucapan itu membuat Lita melotot kaget dan bersiap menerima segalanya

Ayah, ibu maafkan aku

CTAK

DOR

Lampu taman tiba tiba menyala dan berbagai trpoteti menyebar ke seluruh bagian taman. Lita masih terpaku di tempat. Matanya belum membiasakan dengan cahaya yang tiba-tiba ada. Ketika sudah bisa terbiasa, ia bisa melihat didepan sana, ada Raihan yang sedang duduk dengan piano di depannya sambil tersenyum manis kearahnya.  Lita menoleh kebelakang yang ternyata ada ken yang sedang tersenyum juga. Disamping taman juga ada yang lainnya dan sedang bersorak meneriaki dirinya. Lita memandang datar fina yang sedang cengengesan tidak jelas disana. Bikin kaget saja. Raihan berdiri dari tempat duduknya, menghampiri Lita yang sepertinya tidak menyadari keberadaan nya. Raihan melepas bekapan dari mulut Lita dan ikatan pada tangannya. Lita hanya memandang nya dengan tatapan bertanya.

"Nanti akan aku jelaskan, maafkan aku" ucap raihan

"Sebenarnya ada apa ini? Sekarang bukan ulangtahun aku"

"Memang"

"Lalu maksudnya apa ini?"

"Hehehe. Sebenarnya.. hmm..."

"Kak Raihan... Cepet Napa ngomong nya.. gak sabar nih"

"Kakak Cemen nih, gitu aja gak bisa"

"Kau bukan adikku jika tidak berani mengungkapkan"

"Jangan panggil aku ayah jika kau tidak bisa melakukannya"

"Cepat jadikan dia menantu ku Raihan"

"Kak Raihan pasti bisa"

Teriakan teriakan dari yang lain membuat Raihan semakin gugup dan lita semakin bingung.

"Maukahkamujadipacarku?" Ucap raihan dalam.satu tarikan nafas membuat Lita memandangnya bingung.

"Hah?"

"Maukah kau menjadi pacarku Lita? Menjadi penumpang hidupku dan blablablabla.."

Selagi Raihan sedang mengucapkan kata kata manis yang bikin overdosis, fina dan sikembar malah ribut

"Aw, sakit.. kak Brian kau menginjak kakiku"

"Ah, maafkan aku"

"Alay, kau sengaja ya menginjak kaki ku dengan keras?"

"Oh, itu kakimu? Kukira bukan"

"Ck, kalian bisakah diam sementara waktu?" Ucap bu Ratna greget karena drama live didepannya terganggu

"Jadi, apa jawabanmu?"

"Iya, aku mau" ucap lita malu malu. Melupakan sejenak bahwa sedari tadi ia diliputi rasa takut. Sepertinya ia harus menagih janji Raihan untuk menjelaskan segalanya. Membuat jantungan saja, karena tadi ia merasakan teror bahkan melihat fina yang tergeletak penuh darah seperti tadi.

Dari kejauhan, Roni sensei dan Bu Ratna hanya tersenyum melihat putranya yang makin dewasa itu. Ken juga tersenyum, ia bangga melihat adiknya yang gentle itu. Mengalahkan dirinya yang masih jomblo sampai sekarang. Si kembar tersenyum karena melihat fina yang tersenyum. Sepertinya malam ini, malam Senin dibawah bintang dan cahaya bulan, terlahir satu pasangan baru yang diyakini dapat membawa kebahagiaan. Dan sepertinya esok juga seperti itu, bukankah begitu Brian,ryan?

Punya calon mantu, asyikkk -bu Ratna, Roni sensei
Sepertinya hanya aku yang akan menjomblo -ken
Soo swiittt - fina
Bikin jantungan aja -lita
Akhirnya... -raihan
Aku juga bisa kaleeee - ryan dan Raihan











Hohohoo,, saya kembali setelah berjuang melawan puluhan soal dengan senjata sebuah pensil dan penghapus. Hehehe saya abis UAS nih, ada yang nunggu cerita ini gak?... Makin gaje ya? Hehehe, maafkan saya bila begitu. Ide maksa banget ya? Hehehe.. sudahlah, maaf sekali lagi untuk typo dan yang lainnya... Sampai jumpa di chap berikutnya. Dan untuk Lita Jan baper ye

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik lagu Close My Eyes by Chenle Zhong (NCT Dream)

Lirik lagu Seventeen Smile Flower

Lirik lagu NCT Dream My first and last